Senin, 07 Mei 2012

Teknik Cetak Rotogravure...

Pengertian Teknologi Cetak Rotogravure :

     Rotogravure secara etimologi terbagi menjadi dua pengertian yaitu roto atau rotern yang berarti berotasi atau berputar, dan gravure yang berarti cukil atau ukir.Sedangkan secara terminologi, pengertian rotogravure yaitu salah satu teknologi cetak dari teknik cetak dalam yang menggunakan acuan cetak berbentuk silinder yang berputar, dimana gambar dan atau tulisan pada acuan tersebut dibuat dengan cara dicukil ataupun diukir.

     Sebagaimana yang dituliskan diatas, teknologi cetak rotogravure merupakan teknologi cetak yang menggunakan prinsip dasar teknik cetak dalam, yaitu pada bidang yang mencetak (image area) letaknya lebih rendah atau dalam dibandingkan dengan bidang yang tidak mencetak (non image area) pada permukaan acuan cetak.

     Teknologi cetak rotogravure merupakan pengembangan dari fotografi dan teknik cetak rotasi yang menggunakan acuan cetak berbentuk silinder. William Henry Fox Talbot berhasil mengembankan film continoustone (model nada penuh) menjadi bentuk film halftone (model nada lengkap) pada tahun 1860 yang digunakan untuk menghasilkan gambar dari proses fotoreproduksi untuk semua teknik cetak. Dari perkembangan film haltone Auguste Godchaux berhasil menciptakan teknik cetak rotogravure reel-feed dan mendapatkan hak paten pada tahun 1860, kemudian tahun 1940 di proses cetaknya disempurnakan oleh Karl Klic (Klietsch) berkembangsaan jerman dan Samuel Fawcett dari inggris .

Karakteristik Teknologi Cetak Rotogravure:
     Teknologi cetak rotogravure memiliki beberapa ciri-ciri khusus yang dapat membedakan antara teknologi cetak rotogravure dengan teknologi cetak lainnya yang dapat dilihat dari dua sisi.
1. Pada karakteristik mesin cetaknya :
a. Acuan cetaknya berbentuk silinder,
b. Pada permukaan silinder cetak, bidang yang mencetak (image area)
    letaknya lebih dalam dibandingkan bidang yang tidak mencetak
    (non image area),
c. Raster pada teknologi cetak rotogravure berfungsi sebagai
    penahan tinta agar tidak keluar akibat gaya sentrifugal silinder
    acuan cetak dan sebagai tempat bertumpunya doctor blade,
d. Pada umumnya bahan cetak yang digunakan berbentuk
    gulungan atau rol, tetapi dapat pula berupa lembaran yang
    disesuaikan dengan mesin yang digunakan,
e. Sistem penintaan yang digunakan umumnya adalah
    sistem sirkulasi,
f.  Sifat tinta pada Teknologi cetak rotogravure relatif tipis
   dan encer, dan juga mempunyai daya alir yang tinggi,
g. Rakel (doctor blade) membantu penyatuan tinta pada
    permukaan silinder acuan sehingga tinta tertinggal pada
    bidang gambar dan atau tulisan (image area),
h. Silinder acuannya dibuat dengan cara diukir atau
   dicukil (gravure),
i.  Jenis pewarnaan yang digunakan pada pencetakan
    rotogravure yaitu cetakan multicolour dan separasi,
j.  Pada permukaan silinder acuan bentuk raster sama
    dengan besar dan kedalaman yang bervariasi sesuai model.
2. Pada karakteristik hasil cetaknya :
a. Seluruh permukaan cetaknya memiliki raster pada cetakan
    gradasi maupun cetakan blok, dan tebal tipisnya gradasi warna
    cetakan tergantung pada dalam dan dangkalnya hasil ukir
    sumur-sumur raster pada silinder acuan rotogravure,
b. Pada bagian pinggir cetakan berbentuk gerigi bila dilihat
    dengan lup, karena permukaan cetak beraster semua,
c.  Pada daerah cetakan yang bernada penuh atau shadow
     terjadi alur-alur seperti mutiara sebagai akibat tinta
     rotogravure yang encer setelah mengering pada
     permukaan bahan cetak.

Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Cetak Rotogravure
Kelebihan teknologi cetak rotogravure antara lain :
1. Dapat mencetak diatas hampir semua bahan
    (board, paper, plastic film, aluminium foil, dll).
2. Secara umum kecepatannya tinggi 100-150 m/menit.
3. Konsistensi warna lebih stabil.
4. warna lebih cemerlang karena tintanya solvent base
   dan tidak dipengaruhi oleh air.
5. Dapat mencetak bentuk gambar endless termasuk
    bentuk spiral untuk aplikasi, sebagai label kaleng.
6. Silinder cetak tahan untuk long run, mencapai 40.000 m
    tergantung jenis bahan, tinta, rakel, dan mesin cetaknya
    itu sendiri.
Kekurangan teknologi cetak rotogravure antara lain :
1. Biaya pre-press tinggi karena harus membuat silinder.
    Tidak efisien untuk order-order pendek.
2. Waktu pre-press lebih lama dibanding offset.
    Membuat plate offset 2 jam selesai, sedangkan
    membuat satu set silinder (misal 5 warna) memerlukan
    waktu 15-20 jam.
3. Printing dengan memakai gulungan rol tidak seakurat
    cetak offset yang menggunakan lubang sheet.
    Untuk mengatasi hal ini maka dipakai pengontrol
    tegangan (tension control), pengontrol register (register control)
    serta alat pengontrol bagian pinggir pada mesin etak rotogravure.


Pelumas dan Pelumasan

Jika kita mempunyai mesin (mobil, pompa, turbine , motor listrik dll) mengharuskan kita untuk mengenal pengetahuan soal “lubricating oil” atau “pelumasan”. Paling tidak kita diharuskan mengetahui apa itu pelumas ,fungsinya & sifatnya, caranya bagaimana, bagaimana memilihnya. Hal ini perlu agar kita dapat mendapartkan hasil guna yang sebesar2nya dari mesin tsb. Secara awam pastilah kita tahu, bahwa akibat kekurangan pelumas bearing bisa macet bahkan hangus, mengapa?
Dua bagian mesin yang saling bergesek (misal roda thd poros) perlu pelumasan, tujuannya agar licin dan sekaligus mendinginkan panas yang timbul akibat dua benda yang saling bergesek tsb.

Elemen mesin yang membutuhkan pelumasan al :
Gears,Cylinders,Flexible couplings,Chains,Cams dan mutlak untuk berbagai macam Bearings : Plain, rolling element, slides, guides, ways.
Pelumasan yang berada diantara dua benda bergesek tsb, membentuk lapisan pelumas tipis dan disebut “lubricating oil film” .
Bentuk2 sbb: Thick Hydrodynamic film, Elastohydrodynamic film, Hydrostatic film, Solid film
Thick Hydrodynamic Films :
tebal +/- 25 micron
utk beban ringan dan area yang agak luas
pemakaian pada ; journal & thrust bearings
Elastohydrodynamic (EHD) Films
“elasto” berarti deformasi elastis pada kedua permukaan harus terjadi sebelum lapisan film terbentuk. Tekanan diantara permukaan pelumas dan logam sangat tinggi, karena pelumas dipaksa masuk kedalam contact area. Lapisan film sangat tipis, 0.25 - 1.25 micron
Biasanya terjadi pada ball/roller bearing (kontak antara ball ball & races) & meshing gears .
Solid Films
Juga disebut boundary lubrication
Dipakai jika pelumas minyak atau grease tidak bisa dipakai karena masalah sealing, masalah lingkungan dsb.
Umumnya memakai pelumas padatan seperti PTFE, MoS2, plastic bearings, polyethylene dsb.
Contoh : fan kecil, mesin jam tangan/beker/dinding.
Komposisi pelumas. Secara prinsip :
lubricating oil : terdiri dari base oil + additive
Grease : terdiri dari base oil + thickener + additive

INDUSTRIAL FLUID
Didalam dunia industri telah diproduksi type2 pelumas sbb :
Ø Lubricating Oils : pelumas berbentuk cair
Ø Lubricating Greases : pelumas berbentu semi cair
Ø Synthetic lubricants : pelumas buatan atau rekasa tehnology
Hasil dari proses pemurnian/refinery virgin oil, minyak mentah atau crude oil sbb:
1.Light products : gas, gasoline, kerosene, solvents, fuel oil, diesel fuel, chemicals, asphalts
2.Heavy products; Lubricating oil & waxes
Minyak mentah
Berasal dari : Sisa-sisa binatang & tumbuhan laut yang mengendap dan tertimbun oleh lapisan lumpur dan tanah di dasar laut jutaan tahun yang lalu.Akibat tekanan dan temperatur yang tinggi, mengalami transformasi kimiawi yang menghasilkan hidrokarbon, yang berupa gas, minyak mentah, batubara dll.Minyak mentah ini di proses destilasi menjadi berbagai grade produk; al base oil.
Additive definisi :
Senyawa kimia yang ditambahkan pada pelumas untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu yang lebih baik. Pada awal sebelum 1920 pelumas belum dicampur additive.
Pertama dipakai pada 1920, sekarang semua jenis pelumas mempunyai setidaknya 1 jenis aditive. Aditive dapat mempunyai efek samping yang buruk jika: Dosis berlebih, dan atau berinteraksi dengan aditive lainnya
Catatan : oleh sebab itu (praktisi lapangan ) sangat tidak menganjurkan untuk mencapur merk atau type lubrican yang berbeda.
Macam2 additive.
Pour Point Depressants
Menghambat pembentukan struktur kristal wax (lilin), yang bisa menghambat kemampuan alir pelumas pada temperatur rendah
Viscosity Index (VI) Improvers
Meningkatkan viskositas relatif pada temperatur tinggi
Dapat berfungsi sebagai Pour Point Depressant atau dispersant
Digunakan pada engine oils, automatic transmission fluids, multipurpose tractor fluids, & hydraulics fluid, juga beberapa jenis gear lubricant
Defoamants
Membantu untuk menahan pembentukan gelembung busa /foaming
Molekul defoamant melekat pada gelembung udara dan membuat titik lemah.
Oxidation Inhibitor
menghambat oxidasi akibat pelumas yang dipanaskan (dalam mesin) bereaksi dengan udara.
Oksidasi akan menaikkan viskositas dan tingkat konsentrasi asam organic (SOOT formation)
Corrosion Inhibitor
Dua jenis korosi :
korosi akibat asam organik, dan korosi akibat kontaminan
Penggunaan material alkali (basa) dapat membantu menetralkan asam, Rust Inhibitor Membentuk lapisan film untuk mencegah air mencapai permukaan logam
Detergents & Dispersants
Menghambat dan mengurangi pembentukan deposit akibat rusaknya pelumas pada motor bakar internal.
Pembentukan deposit dapat mengganggu sirkulasi pelumas, menyebabkan piston ring lengket dan aus, mempengaruhi clearances dan fungsi-fungsi dari critical components.
Anti-wear Additives :
Mengurangi friksi, keausan dan scuffing pada kondisi boundary lubrication.
Terdiri atas : Mild wear & friction reducing additives
Extreme Pressure (EP) Additives
Catatan: tidak semua produsen pelumas menambahkan semua additive tsb diatas kedalam semua type produknya. Penambahan additive disesuaikan dengan peruntuknya agar mencapai nilai ekonomisnya. Misal hydrolic oil berbeda dengan turbine oil, dstnya.
Grease
Grease atau gemok adalah produk atau dispersi padatan/solid atau semifluida dari thickening agent dalam pelumas cair. Bahan lain yang dapat mengubah sifat pelumas dengan menambah(aditive). (ASTM D288 “Standard Definitions of Terms Relating to Petroleum”)
Dimana gease dipakai
Dipakai jika pelumas harus bertahan diposisinya (tidak berpindah)
Dipakai dimana kesempatan untuk relubrikasi terbatas atau terlalu mahal.
Dipakai jika pelumas tidak perlu berfungsi sebagai pendingin atau untuk membersihkan sistem
Umumnya dipakai pada putaran mesin <5000 RPM
Mengapa grease dipakai
Menyediakan pelumasan.
Mencegah korosi
Berfungsi sebagai SEAL untuk mencegah masuknya kotoran dan air
Menahan kebocoran, dripping, atau terlempar dari permukaan yang dilumasi
Grease yang baik syaratnya
Mempunyai sifat fisik yang sesuai untuk aplikasinya
Kompatibel dengan seal dan material lainnya yang terkena langsung
Dapat mentoleransi sejumlah kecil kontaminasi seperti kelembaban, tanpa kehilangan fungsinya.
Dapat menahan perubahan struktur akibat waktu pemakaian yang lama.Komposisi grease :
terdiri dari komponen cair + thickener/pengental + additive
Komponen cair : umumnya mineral oils
Pengental : Metallic soaps : calcium soaps, sodium soaps, aluminum soaps, lithium & barium soaps
Additives & modifiers : memperbaiki sifat2 lub oil sesuai dengan yang diinginkan pada pemakaian tertentu.
Molybdenum Disulfide & modified Teflon (PTFE) dipakai untuk heavy loads Synthetic Lubricants
Synthetic Material : diproduksi dari kombinasi bahan menjadi bentuk baru.
Istilah “Synthetic” pada pelumas dipakai untuk menjelaskan fluida dasar (base fluids), yang dibuat dengan proses sintesa (chemically combining) senyawa-senyawa dengan berat molekul yang rendah dan mempunyai viscositas memadai
Synthetic based lubricants adalah rekayasa manusia, agar mendapatkan struktur molekul tertentu dengan sifat-sifat yang dapat diperkirakan
Kebaikan
Dapat menghasilkan sifat-sifat yang tidak mungkin ditemui pada mineral oils (total non-flammability, tidak dapat tercampur dengan air
Service range temperature lebar, dan satabil pada temeprature rendah ataupun tinggi.
Klasifikasi lubrikasi sinthetic
- Synthesized hydrocarbon
- Organic esters
- Polyglycols
- Phosphate esters
- Dll